Postingan

Bukan aku aja

Setelah libur sekitar satu minggu. Kegiatan kembali seperti semula. Tiba - tiba temen masuk ke kamar. Hidung merah, mata berair. Katanya numpang nangis. Kalau dikamar kurang puas. Spontan aku tanya "Gak mau balik ya? masih mau dirumah?". Dia jawab iya. Aku yang selalu bertingkah gitu langsung sadar ternyata bukan aku aja. Dua hari kemudian dia bilang alasannya jarang dikamar sendirian. Suka mikir aneh - aneh. Sedih. Dia juga bilang kalau kepikiran mau (sensor) orang satu - satu. Padahal gak ada apa - apa. Lagi - lagi aku yang selalu kepikiran sesuatu aneh. Dari mau kabur dari rumah sampai loncat dari (sensor). Sadar ternyata bukan aku aja. Tau. Aku gak akan berani ngelakuin hal - hal aneh sampai segila itu. Aku juga percaya temen juga gak bakal gitu. Tapi dulu bahkan gak pernah kepikiran bakal stress kayak gini.  Aku pikir bakal seneng. Bisa berkembang. Akhirnya nanti sukses. Sekarang kepikiran. Kalau kedepannya bakal lebih parah gimana. Depresi.  Gak ada yang tau. Gak berani

Bisakah?

 Aku pikir sebenarnya aku akan terus tersakiti. Sebenarnya apa dunia ini memang seperti ini? Setiap harinya. Maksudku seperti roller coaster, naik-turun. Jujur aku hanya ingin menyerah. Menyerah dengan hal-hal yang kubenci. Aku ingin berjuang dengan hal yang kusukai. Tapi bagaimana, bukankah semua yang kusukai adalah hal yang salah. Bahkan jika benar, tidak. Memang tidak benar. Aku bahkan tau itu tidak benar. Tapi menjalani hal yang kubenci. Tersiksa, tersenyum, tersiksa lagi, tersenyum lagi. Sungguh menyesakkan. Menjalani hal yang kubenci, juga merepotkan orang lain. Mereka mungkin juga membenci apa yang kubenci. Tapi mereka berjuang alih-alih menyerah. Alih-alih menjadi beban. Apakah suatu hari aku bisa seseimbang itu. Bukan damai, tapi menjalankan setiap tantangan alih-alih menyerah. Bisakah? Hari ini ku menulis karena merasa sesak, muak, sedih, tapi sepertinya menulis bukan obatnya lagi. 

Don't Wanna Cry

       Setelah sekian lama tidak menulis, akhirnya hari ini saya memutuskan untuk menulis lagi, 25 Agustus 2020 pukul tujuh malam lebih tujuh menit. Judul tulisan diambil dari salah satu judul lagu di Seventeen 4th Mini Album.         Selama pandemi kualitas tidur tidak terlalu baik, kecemasan lebih mudah datang, ditambah dengan pola makan yang sekarang juga ikut berantakan. Sekitar empat bulan yang lalu saya memutuskan untuk memelihara ikan hias, selama empat bulan lebih mudah mengatur mood, melihat ikan, menguras aquarium, memberi makan mereka setiap pagi dan malam, selama empat bulan juga sudah banyak yang mati dari yang terkena penyakit sampai berkelahi hingga mati.         Dua bulan terakhir memutuskan untuk berhenti membeli ikan, membiarkan tiga ikan kecil hidup di aquarium kecil dengan damai. Tidak ada yang berkelahi lagi, hanya ada satu ikan kecil yang sisiknya menghitam. Ya! lagi lagi penyakit, telah berjuang hampir satu setengah bulan akhirnya hari ini harus dibuang di kebun

Arti Cinta Untukku

Cinta suatu yang rumit Terkadang datang bersamaan Tak tau harus memilih siapa Saat kita menyayanginya, semua hanya tentang dia Dan saat kita mencintai yang lain, semua juga tentang orang lain itu Tinggal hanya menunggu siapa selanjutnya Terkadang aku bertanya "Mengapa semua ini terjadi?" Orang yang dulu sangat ku sayangi, tiba-tiba sangat kubenci Mungkin tak ada jawab yang pasti Tetapi mungkin ada jawaban yang tidak benar dan bisa untukku jadikan alasan Bagaimana cara menghilangkan perasaan yang rumit ini? Jawabanku "mereka akan hilang dengan sendirinya" Bagaimana jika tak hilang juga, ini sudah sangat lama! Mereka akan hilang saat ada seseorang yang baru Tetapi aku pun tak bisa berbohong, itu tak akan hilang seutuhnya Walau lidahku terus berkata "sudah berhasil melupakannya"